Perempuan; sama sama manusia

Dipenghujung hari International Women's Day


Aku menulis ini dari berbagai pengamatan, cerita, maupun pengalaman diri sendiri juga. Bukanlah opini, artikel, essay; hanya sebuah refleksi semata.

Dalam tahun keempat menjajaki dunia dan masyarakat yg lebih luas, ada tabir yg seperti hendak terbuka lebar namun tetap bersembunyi dibalik tirai. Ia seperti enggan menampakkan dirinya masuk pada fakta yg diketahui masyarakat banyak, meski ia, diakui atau tidak telah menjadi realitas di kebanyakan lingkungan sekitar.

Kasusnya pun layaknya gunung es. Hanya segelintir yg diangkat, namun realitasnya lebih banyak dari itu.

Akar permasalahannya entah apa. Ketimpangan gender? Mungkin bisa juga.

Sekelumit cerita simpang siur tindak pelecehan fisik maupun verbal dilingkungan akademis, menimbulkan satu catatan merah besar, apakah benar moral telah hilang dari kegiatan pendidikan sekarang ini?

Jangan tanya ceritanya seperti apa, orangnya siapa, tempatnya dimana. Silakan browsing data dan kasusnya sendiri, biar tabir lebih terlihat.  Bukalah telinga dan matamu sekali lg dengan penuh kesadaran, bahwa mungkin banyak tindakan pelecehan sexsual di sekitar kita. Permasalahan utama salah salah satunya adalah, korban maupun lingkungan tidak menyadari telah adanya tindak pelecehan tersebut.

Jika sebagian orang menganggap cat calling bukan pelecehan, maka bolehlah dia sejenak bertukar tempat, biar tau bagaimana gregetannya menjadi objek catcalling. Hal yg mungkin dianggap remeh temeh bagi sebagian orang. Belum lagi jokes receh yang merendahkan perempuan dari orang-orang miskin humor, yg secara sadar tidak sadar terlontarkan. Hal yg remeh ini kemudian diabaikan sajalah, dari pada membuat pusing begitu kann?

Mari beralih pada hal yang bagi kebanyakan orang dianggap bukan remeh temeh lagi. Pelecehan fisik misal. Apa kemudian yg hendak dilakukan? Para aktivis saja mungkin ikut diam jika diminta mengurus kasus satu ini. Yg sering berkoar kesetaraan gender saja diam saat yg dihadapi menimbulkan ancaman; dana kegiatan tidak cair, tugas dipersulit, IPK terancam, dan coba dijawab sendiri kiranya apa yg membuat kasus tak remeh pun akhirnya tenggelam.

Maka selamat datang kembali pada satu fenomena gunung es.
Persamaan dan keadilan gender ini kemudian yg harus dipahami tiap manusia. Saat satu golongan menganggap golongan lain lebih rendah, maka kemungkinan terjadinya kesewenang-wenangan misal dalam bentuk pelecehan akan semakin besar peluangnya.

 Tapi bukankah, kita,
Sama sama manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banyak cerita banyak warna

Rekomendasi Novel terkait Perempuan

Jangkrik