Semelati Merahmu
Ada seberkas cerita dalam
pertemuannya.
Mungkin seperti cerita Subadra
yang mati tertusuk pisau si Burisrawa. Dan perginya Burisrawa mengasingkan diri
setelah membunuh orang yang disayangi dalam dekapannya. Meskipun Subadra hidup
kembali, pun Burisrawa hingga tewasnya di tangan Setyaki, dia belum beristri
jua
Mungkin juga seperti cerita
Aisyah yang cemburu pada Khadijah. Namun pada masa kemudian ia mampu memimpin
perang jua, tak peduli cerita tentang pipi merahnya, atau cemburunya yang
dikenal banyak kalangan.
Cerita pada fase ini segera
dilanjutkannya.
Jika cerita ini layaknya kisah
Subadra. Bukankah mereka adalah bara
juang layaknya para kesatria di jagad pewayangan Marcapada yang meperebutkannya?
Dan kau, adalah Arjuna yang terpilih
berada di skenario hidup Subrada. Tak penah dijanjikan kemudahan dalam hidup
Subadra, meski ia telah dianugahi kecantikan, anggun, lembut, dan keapikan
lain. Tetap ada sosok Burisrawa, yang menyayanginya dengan salah. Beruntunglah
Subrada hidup lagi.
Jika Subrada adalah ikatan ini, mereka adalah insan yang ikut memberikan
upaya, dan kau adalah kader ikatan
yang masuk dalam skenarionya. Bisakah kau pahami Burisrawa dan jalan cerita
selanjutnya?
Jika cerita ini layaknya kisah
Aisyah. Bisakah ikatan ini memimpin gerak juang layaknya Aisyah mempimpin
prajuritnya? Bisakah tetap bergerak? Atau tak bisa menjadi sepertinya karena
rengekan pandangan di masyarakat?
Entah akan seperti Subadra atau
Aisyah ceritanya.
Cerita di musim ini berlatar belakang
beragam, dengan banyak lakon bersama isi pikirannya masing-masing.
Bagaimanapun, burung gereja diatas kabel listrik yang menengok menelisip dr
jauh masih mampu tertawa.
Musim ini seperti musim lain sama
saja. Bedanya bagaimana dilaluinya waktu dengan rentetan agenda. Aroma embun
pagi juga masih sama seperti musim sebelumnya. Namun ada harapan baru di musim
ini setelah obrolan berseling lilin dan nyanyian sakral dalam lingkaran.
Melewati berapa purnama lakon
seperti Arjuna, Subadra, atau Aisyah dilahirkan? Ada hembus hamdallah pastinya
di rentetan purnama terakhir. Namun bukankah kelahiran adalah sebuah awal?
Mengapa tak ia ucapakan saja basmallah!
Sebentar,
Ah coba kita tengok dulu,
Apa kita terjebak alur,
//
Tidak ananda,
AKU
Begitu kau bilang diawal
Lihat sekarang
KITA
Begitu kan kau bilang
//
Cantik nian kau ingatkan
Bunga merah itu luruh
Ditempa angin berserakan
Lupa pula ia bersimpuh
..Melati Subadra hampir goyah
terkena angin, bagaimana dengan pasukan Aisyah?..
Lelah adalah hal pasti
Luruh adalah pilihan
Tak peduli mau AKU atau KITA
Tuan dan Nona mesti terus
berjalan
Purnama akan berganti
Membawa setiap asa baru
Seiring musim
Seiring langkah
Bagaimanapun ceritanya
Tak peduli siapa saja lakonnya
Dan seperti apa rintangannya
Jalan, berjalan, jalanilah
Karena tak ada hal setulus
janjiNya pada kita
“Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Tetaplah, semelati merahmu.
Komentar
Posting Komentar